Akhir-akhir ini saya sering khilaf menyikapi masalah ini karena adiknya Ajna, Adya (3 tahun) jauh lebih baik dari segi kognisi maupun penuturan bahasa. Pelafalannya jauh lebih baik, begitupun timbal balik komunikasi, sama sekali tidak ada hambatan.
Ajna sering berkata, 'Ajna gak bisa, Bu.' ketika sedang setor hapalan surat pendek dan saya memaksa Ajna melafalkan makhrojul huruf dengan baik.Terlebih lagi karena Adya bisa menghapal dengan cepat dan pelafalannya jelas.
Saya merasa kejadian paling parah yaitu malam ini. Kembali saya membuat kesalahan dengan menyamaratakan kemampuan antara Ajna dan Adya. Adya sering melafalkan gendong menjadi [genong] yaitu peleburan huruf 'd' yang biasanya terdapat pada pelafalan dialek yang sering digunakan di bahasa Sunda. Saya sering meledek Adya karena saya tahu dia menyebut [genong] bukan karena dia tidak bisa melafalkannya, tapi karena dia berdialek demikian.
Lalu Ajna tiba-tiba menyahut, "Kakak mah baik ya, Bu. Enggak minta 'genong'" Saya otomatis meledek Ajna juga, tidak menyadari kalau situasinya berbeda antara Ajna dan Adya. Ajna sebetulnya berusaha memperbaiki pelafalannya tapi saya terus menerus meledeknya sampai akhirnya dia menangis, kesal. Frustasi. Seketika itu hati saya mencelos, beristighfar... dan meminta maaf pada Ajna. Dia otomatis saja memeluk saya, padahal saya masih merasa sungkan karena diliputi rasa bersalah.
Aktifitas 'meledek' pun sebetulnya sudah sangat tidak tepat dilakukan pada anak balita. Karena mereka masih fase belajar. Saya paham betul secara teori bahwa meledek anak akan membuat anak merasa tertekan, malas bicara, tertutup, pemalu. Ini adalah alasan kenapa banyak remaja yang tidak terbuka pada orangtua, tanpa sadar orangtua yang menyebabkan hal tersebut. Secara praktik, meledek adalah jejak gelap pengasuhan Bapak saya. Bapak terbiasa meledek kami. yang ternyata kami sadari itu adalah cara beliau ingin mengakrabkan diri (dengan cara yang salah).
Yang harus saya perbaiki adalah :
- menyadari perbedaan perkembangan kemampuan wicara anak,
- berhenti menjiplak blueprint pengasuhan Bapak yang kurang tepat, seperti meledek anak atas ketidakmampuannya melakukan sesuatu,
- menyesuaikan kemampuan anak dalam belajar, Kalau anak belum mampu, belum mau, jangan buru-buru. Buat anak tau, "Apa manfaatnya untukku?" . Kalau capek, sudah dulu.
- mencari info tentang hambatan artikulasi pada anak, dan berusaha bersama Ajna untuk menyempurnakan artikulasinya.